Banyak orang yang mengalami kesedihan, tertimpa awan kegelisahan, dan merasakan tekanan depresi dalam kehidupan.Namun, jangan tanyakan kemana senyumnya saat itu, keindahan tawa dan manis humornya.
Seandainya mereka berani jujur, minimal pada dirinya sendiri. Tentunya kesedihan, kegelisahan, hingga tekanan-tekanan tersebut tentu takkan berani mendatanginya memberikan senyuman kesusahan. Dimana semua hal itu terkadang menimbulkan penyakit pada diri mereka sendiri. Jika kembali diri berani jujur, tentu obat-obat yang ada di apotik yang buka 24 jam itu tak berguna, dimana satu tawa itu lebih baik seribu kali dibandingan dengan aspirin maupun pil penenang. Semuanya bisa diobati dengan tertawa, hal ini menunjukkan adanya keikhlasan dalam diri menerimanya, tentunya dengan diimbangi dengan pikiran yang positif dalam diri.
Maka tersenyumlah, banyak yang menjadikan senyuman sebagai tanda peradaban bangsa, cermin ketinggian pada penghargaan dirinya, tanda yang juga mencerminkan tingkatannya sesuai dengan cara ia berpikir yang juga merefleksikan hati seseorang yang ikhlas dan berpikiran positif,serta mungkin saja mencerminkan akhlak seseorang yang baik. Bagaimana tidak, tersenyum merupakan anjuran bagi seorang muslim ketika bertemu dengan sesama muslim. Banyak pemikir yang beranggapan bahwa senyuman adalah salah satu sebab yang paling kuat yang mendorong manusia agar lebih efektif dan produktif.
Bahkan terkadang, diri kita sendiri selalu berpindah-pindah mencari tempat untuk mengecap aroma tawa dan terbang pada langit yang dibawa oleh angin senyuman. Saat itu adalah detik-detik yang penuh senyuman yang sudah sepantasanya kita nikmati. Kita akan merasa seolah hidup bersama para humoris yang tertawa dan mengundang tawa, yang baik hati, yang pikirannya jernih bersama humor-humornya, serta bersama lelucon mereka yang menyenangkan. Apalagi dengan nilai sastra yang dikandungnya dan makna-makna pendidikan.
Jika dalam senyum dan tawa hanya ada perasaan bahwa kesulitan dan kesedihan telah terhapus, biarkan perasaan itu tertanam dalam hati walaupun sejenak, meskipun hanya dalam waktu yang singkat dan momen yang tak lama, maka itu saja yang menunjukkan pentingnya kita tersenyum dan itu yang akan kau rasakan jika sedang berjibaku dengan mereka.
Meluculah….sehingga seolah kau mengirimkan kebahagian pada kami. Dan jadilah seperti itu selamanya jika kau ingin tersenyum. Ambillah kehidupan sebagaimana ia datang tersenyum lewat tangisan kecilmu saat kau lahir, di tapaknya ada kebaikan ataupun tidak ada”.
Seandainya mereka berani jujur, minimal pada dirinya sendiri. Tentunya kesedihan, kegelisahan, hingga tekanan-tekanan tersebut tentu takkan berani mendatanginya memberikan senyuman kesusahan. Dimana semua hal itu terkadang menimbulkan penyakit pada diri mereka sendiri. Jika kembali diri berani jujur, tentu obat-obat yang ada di apotik yang buka 24 jam itu tak berguna, dimana satu tawa itu lebih baik seribu kali dibandingan dengan aspirin maupun pil penenang. Semuanya bisa diobati dengan tertawa, hal ini menunjukkan adanya keikhlasan dalam diri menerimanya, tentunya dengan diimbangi dengan pikiran yang positif dalam diri.
Maka tersenyumlah, banyak yang menjadikan senyuman sebagai tanda peradaban bangsa, cermin ketinggian pada penghargaan dirinya, tanda yang juga mencerminkan tingkatannya sesuai dengan cara ia berpikir yang juga merefleksikan hati seseorang yang ikhlas dan berpikiran positif,serta mungkin saja mencerminkan akhlak seseorang yang baik. Bagaimana tidak, tersenyum merupakan anjuran bagi seorang muslim ketika bertemu dengan sesama muslim. Banyak pemikir yang beranggapan bahwa senyuman adalah salah satu sebab yang paling kuat yang mendorong manusia agar lebih efektif dan produktif.
Bahkan terkadang, diri kita sendiri selalu berpindah-pindah mencari tempat untuk mengecap aroma tawa dan terbang pada langit yang dibawa oleh angin senyuman. Saat itu adalah detik-detik yang penuh senyuman yang sudah sepantasanya kita nikmati. Kita akan merasa seolah hidup bersama para humoris yang tertawa dan mengundang tawa, yang baik hati, yang pikirannya jernih bersama humor-humornya, serta bersama lelucon mereka yang menyenangkan. Apalagi dengan nilai sastra yang dikandungnya dan makna-makna pendidikan.
Jika dalam senyum dan tawa hanya ada perasaan bahwa kesulitan dan kesedihan telah terhapus, biarkan perasaan itu tertanam dalam hati walaupun sejenak, meskipun hanya dalam waktu yang singkat dan momen yang tak lama, maka itu saja yang menunjukkan pentingnya kita tersenyum dan itu yang akan kau rasakan jika sedang berjibaku dengan mereka.
Meluculah….sehingga seolah kau mengirimkan kebahagian pada kami. Dan jadilah seperti itu selamanya jika kau ingin tersenyum. Ambillah kehidupan sebagaimana ia datang tersenyum lewat tangisan kecilmu saat kau lahir, di tapaknya ada kebaikan ataupun tidak ada”.